|
SITE NETWORK
Lombok Travel Information
Komodo Travel Information
Rinjani Trekking Information
Paket Wisata
ke Lombok
Lombok Rental Car
|
|
WISATA ZIARAH MAKAM WALI DI LOMBOK
Selamat datang di
Biro Perjalanan
Lombok Wisata, Kami menawarkan informasi lengkap tentang
tujuan wisata ziarah makam wali di Lombok sebagai berikut :
1. Makam Keramat Batu Layar
Selain masjid Kuno
Bayan Beleq, makam Selaparang dan Loang Baloq yang sering
menjadi tujuan wisata religi, Lombok masih menyimpan destinasi
lainnya yang serupa yakni makam Batu Layar yang menurut
kepercayaan setempat menjadi makam keturunan Nabi Muhammad SAW.
Ada juga yang mengatakan bahwa makam tersebut merupakan tempat
peristirahatan tokoh Islam berkebangsaan Baghdad bernama Sayid
Duhri Al Haddad Al Hadrami.
Sayid Duhri Al Haddad Al Hadrami dipercaya sebagai salah satu
tokoh penyebar agama Islam di Indonesia. Beberapa publikasi yang
lain menyebut nama tokoh Baghdad yang datang bernama Syeh Syayid
Muhammad Al Bagdadi. Entah mana yang benar namun alkisah ia
datang ke Lombok untuk melakukan syiar agama. Setelah agama
Islam sempurna, ia ingin kembali ke negara asalnya. Saat akan
pulang ia diantar ke pinggir pantai Batu Layar oleh para
muridnya. Setelah tiba di pinggir pantai, ia duduk diatas batu
yang menyerupai sebuah batu. Tak seberapa lama datanglah hujan
lebat disertai dengan angin dan peting. Pada saat itulah Syeh
Sayid menghilang dan yang tertinggal hanyalah seonggok batu
tersebut. Cerita itu pun kemudian melahirkan kisah bahwa yang
dimakamkan di makam Batu Layar bukanlah jasad Syeh Sayid namun
kopiah dan sorban yang ia tinggalkan.
Itu sebabnya mengapa makam ini disebut sebagai malam keramat dan
sering digunakan sebagai tempat untuk membayar nazar. Yang
dimaksud nazar adalah janji yang biasanya diucapkan oleh
seseorang sebagai bentuk permohonan jika maksudnya terkabul.
Beberapa nazar yang sering diungkapkan oleh para peziarah makam
Batu Layar adalah nazar akan berziarah ke makam ini jika
keinginan mereka berangkat haji atau umroh tercapai. Itu mengapa
saat menjelang musim haji, makam Batu Layar ramai dikunjungi
mereka yang akan berangkat ke tanah suci. Kabarnya, tak cuma
wisatawan dari Lombok saja yang mengunjungi makam Batu Layar,
tetapi juga wisatawan dari luar pulau.
Makam Batu Layar mencapai puncak ramai saat perayaan lebaran
topat, yakni lebaran yang diselenggarakan tepat 7 hari setelah
Idul Fitri. Lebaran topat bahkan sudah menjadi kegiatan rutin
yang diselengarakan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Barat.
Diawali dengan tradisi Nyangkar oleh Wakil Bupati Lombok. Dalam
tradisi Nyangkar terdapat prosesi pengambilan air lingkuk emas
untuk bejanjam. Bejanjam adalah membasuh wajah anah-anak dengan
harapan kelak mereka menjadi anak yang saleh. Sedangkan air
lingkuk emas diambil dari kaki bukit Batu Layar yang
keberadaannya diketahui sebelum zaman Belanda. Sebelum mengambil
air ini ada beberapa sesajen yang harus disiapkan yakni
penginang pidade yang diisi tokok lekes, jembung kuning tempat
ceret, beras kuning, empok-empok dan kejamas. Setelah itu ada
proses nguris rambut yakni memotong rambut bayi.
2. Makam Loang Baloq & PPH Van Ham
Seperti kepercayaan
orang Indonesia kebanyakan, makam seringkali menjadi tempat
keramat dan mistis. Makam, apalagi jika yang dikuburkan adalah
tokoh terkenal dan berpengaruh biasanya akan menjadi tujuan
wisatawan religi dan sejarah. Makam Loang Baloq dan PPH Van
Ham adalah dua makam yang terkenal di Lombok, Nusa Tenggara
Barat. Namun begitu dua kawasan ini justru mempunyai kisah yang
bertolak belakang.
Loang Baloq berasal dari kata dalam bahasa Sasak yang berarti
pohon beringin yang berlubang. Ya, area ini memang ditumbuhi
sebuah pohon beringin yang konon sudah berumur ratusan tahun.
Makam Loang Baloq adalah kawasan pemakaman yang didalamnya
terdapat puluhan jasad. Yang menjadi istimewa dan kerap
dikunjungi warga adalah makam Maulana Syech Gaus Abdurrazak,
makam Anak Yatim dan Datuk Laut. Syech Gaus Abdurrazak adalah
pendakwah Islam dari Baghdad Irak yang menyebarkan Islam di
Palembang dan kemudian Lombok sekitar 18 abad lalu. Setelah dari
Palembang, ia meneruskan perjalanan dan mendarat di pesisir
pantai Ampenan, Mataram. Setelah sampai, ia memberikan
petuah-petuah yang bersumber pada ajaran Islam kepada masyarakat
setempat.
Makam Syech Gaus Abdurrazak inilah yang berada di lubang tepat
di bawah pohon beringin berbentuk persegi panjang dengan lubang
ditengah, tempat dimana para peziarah biasanya menaburkan bunga.
Untuk masuk kedalam makam yang sudah berkeramik putih ini,
peziarah perlu memasuki sebuah pintu masuk. Di samping pintu
masuk telah disipakan air untuk pengunjung dan sebuah mushola.
Sementara itu, makam Anak Yatim berada di samping bagian luar
makam Maulana Syech Gaus Abdurrazak dengan ukuran yang relatif
lebih kecil. Di samping makam ini, terdapat makam Datuk Laut
dengan bangunan permanen berukuran 3 x 4 meter berkeramik warna
hitam.
Tidak hanya berziarah, pengunjung yang datang ke kompleks makam
ini juga menggelar sejumlah ritual seperti potong rambut anak
yang masih balita atau disebut dengan ngurisang. Peziarah
biasanya juga menyampaikan nazar dan berdoa di makam agar segera
permintaanya segera dikabulkan. Misalnya seperti minta jodoh,
panjang umur, sehat dan murah rejeki. Bagi yang menyampaikan
nazar tertentu, mereka selalu mengikatkan sesuatu ke akar
gantung pohon beringin. Jika nazar mereka dikabulkan, mereka
akan kembali lagi ke tempat itu dan membuka ikatan serta
membayar nazar yang sudah disampaikan. Tradisi dan kebiasaan ini
disebut dengan Saur Sesangi. Kompleks ini ramai dikunjungi warga
saat lebaran Idul fitri hingga perayaan lebaran topat, tujuh
hari setelah Idul Fitri dan perayaan Maulid Nabi. Kompleks makam
Loang Baloq berada di Kelurahan Tanjung Karang, Kecamatan
Ampenan atau sekitar 6 kilometer dari Mataram. Anda dapat dengan
mudah menuju tempat ini karena dilalui oleh jalan lingkar
Mataram yang sudah beraspal. Anda bisa naik kendaraan umum atau
menyewa mobil.
3. Makam Maulana Syech TGH. Zaenudin
Abdul Madjid
Almagfurullah
Maulana Syekh Abdul Majid, Pendiri organisasi Nahdatul Wathan.
Lombok adalah sebuah pulau di Nusantara yang berada di sebelah
timur pulau Bali. Masuknya Islam ke Lombok sekitar abad ke-14
tidak jauh berbeda dengan daerah sekitarnya, seperti Makasar,
Buton, Bone, Sumbawa, dan pulau-pulau lainnya di sekitar Nusa
Tenggara. Menurut Raden Itarawan (1998), Islam masuk ke Lombok
dibawa oleh Sunan Giri bersama dengan 44 pengikutnya ketika
terdampar di desa Bayan yang penduduknya masih menganut paham
animisme. Penyebaran Islam di Lombok ditandai oleh peninggalan
Masjid "Belek" di Bayan.
Dari sinilah, Islam di Lombok terus berkembang sebagai agama
yang dianut oleh masyarakat. Perkembangan Islam di Lombok
seiring dengan kemunculan para penyebar Islam (juru dakwah)
seperti apa yang penah diajarkan Sunan Giri untuk membebaskan
masyarakat dari paham animisme menjadi masyarakat Muslim. Pada
gilirannya, lahirlah sosok-sosok ulama Lombok pada awal abad
ke-20 yang disebut Tuan Guru yang memiliki pengetahuan agama
yang luas untuk meneruskan tradisi dakwah dari para pendahulunya
yang telah meninggalkan warisan intelektual yang sangat berharga
serta membebaskan masyarakat dari kebodohan dan keterbelakangan
akibat kolonialisme Belanda. Misi penyebaran Islam yang dulunya
diwakili oleh para Wali Jawa diambil alih oleh Tuan Guru yang
dibarengi pula pertumbuhan pondok pesantren yang menyedot banyak
pengikut dari segala penjuru dan dari luar pulau Lombok.
Perjuangan Tuan Guru diarahkan untuk mensucikan Islam dari
unsur-unsur kepercayaan lain dengan menganjurkan kembali pada
al-Qur'an dan Hadits sebagai sumber pedoman Islam yang utama.
|
|
|
Makam Maulana Syech TGH. Zaenudin Abdul Madjid PANCOR |
Dalam konteks ini, muncullah seorang ulama terkenal di Lombok,
yakni Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid yang
dilahirkan di Kampung Bermi Pancor, Lombok Timur pada tanggal 17
Rabiul Awwal 1324 H/1906 M. Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin AM
dibesarkan di tengah-tengah keluarga religius dan sangat
dihormati masyarakat. Berdasarkan penelitian doktoral yang
dilakukan Erni Budiawanti (2000), TGH Muhammad Zainuddin AM
termasuk salah seorang ulama yang memiliki banyak pengikut di
Bayan bersama tuan guru lainnya; yakni TGH Hazmi Azar dan TGH
Safwan Hakim. Ayahnya, Tuan Guru Abdul Majid, merupakan tokoh
agama dan tokoh maasyarakat yang sangat disegani, dihormati, dan
kharismatik. Ayahnya juga dikenal sebagai tokoh pemberani yang
pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah Belanda,
Jepang, serta melawan kerajaan Hindu Bali (Karangasem) yang
menguasai daerah Lombok.
Sejak kecil, TGH Muhammad Zainuddin AM diakui sangat cerdas,
jujur, pandai dan memiliki otak brilian. Tak mengherankan, jika
Ayahnya menaruh perhatian yang khusus kepadanya yang diharapkan
dapat melanjutkan kepemimpinan ayahnya sebagai tokoh masyarakat
dan tokoh agama di Lombok. Pada usia 6 tahun, ia sudah fasih
membaca al-Qur'an di bawah bimbingan ayahnya langsung. Pada masa
inilah, ia memperdalam ilmu pengetahuan agama secara langsung
dari beberapa ulama di sekitar Lombok, yakni TGH Syarafuddin di
Pancor dan TGH Abdullah bin Amak Dujali Kelayu Lombok Timur. Di
bawah ketiga ulama Lombok inilah, TGH Muhammad Zainuddin AM
dibekali pengetahuan agama secara memadai untuk melanjutkan
tradisi intelektual yang telah berkembang di Lombok.
Setelah mendapat pengetahuan agama dari ulama-ulama Lombok, TGH
Muhammad Zainuddin AM dikirim ayahnya ke Mekah al-Mukarromah.
Tepatnya pada usia 17 tahun, ia belajar kepada ulama-ulama Mekah
tentang berbagai disiplim ilmu pengetahuan agama selama 12
tahun. Di Masjidil Haram lah, ia mula-mula belajar dengan
mendapatkan guru-guru yang sudah ditentukan oleh ayahnya
sendiri. Pada tahun 1928, ia melanjutkan studinya di Madrasah
Ash-Shaulatiyah yang pada saat itu dipimpin oleh Syaikh Salim
Rahmatullah putra Syaikh Rahmatullah, pendiri Madrasah
Ash-Shaulatiyah. Madrasah ini adalah madrasah pertama di tanah
suci yang banyak menghasilkan ulama-ulama besar. Di madrasah
inilah, ia belajar berbagai ilmu pengetahuan agama dengan rajin
di bawah bimbingan ulama-ulama terkemuka di kota suci Mekah.
Setelah menimba ilmu di Mekah, TGH Muhammad Zainuddin AM kembali
kampung halamannya, Pancor, Lombok Timur untuk mengamalkan ilmu
yang telah diperolehnya di Mekah sekaligus untuk mewujudkan
obsesinya melanjutkan kepemimpinan orang tuanya sebagai tokoh
agama yang akan menegakkan ajaran-ajaran agama. Langkah pertama
yang dilakukannya adalah mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan
Diniyah Islamiyah (NWDI) pada tahun 1934. Madrasah ini khusus
diperuntukkan bagi santri pria (Wildan, 1998). Pendirian
madrasah ini bermula dari mengumpulkan para pemuda/remaja dalam
bentuk halaqah atau majlis ta'lim. Inilah barangkali cikal bakal
pendidikan agama di Nusantara selama berabad-abad.
Baru pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21 April 1943, TGH
Muhammad Zainuddin AM mendirikan Madrasah Nahdlatul Banat
Diniyah Islamiyah (NBDI) yang dikhususkan kepada santri
perempuan. Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama yang
berdiri di Lombok. Pada gilirannya, kedua madrasah ini
diabadikan menjadi nama Pondok Pesantren Darun Nahdlatain
Nahdlatul Wathan (Wildan, 1998).
Hal ini tentu saja memberikan keyakinan intelektual betapa
pesantren telah lama menjadi salah satu bentuk dari pendidikan
agama yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak abad
ke-13 atau sebelum datangnya penjajah Barat dari berbagai
penjuru daerah, termasuk di Lombok. Pesantren sebagai sebuah
lembaga pendidikan swasta sudah sejak lama mempunyai
diversifikasi dalam berbagai cabang keilmuwan (Karel A.
Steenbrink, 1986) Pendidkan Jaringan Intelektual
TGH Muhammad Zainuddin AM memiliki jaringan intelektual yang
luar biasa, terutama silsilah guru-guru yang didapatinya selama
di Mekah al-Mukarromah. Jaringan ini mencerminkan betapa luasnya
pengembaraan mencari ilmu dan matangnya keilmuwan TGH Muhammad
Zainuddin AM. Silsilah keilmuwan yang diperolehnya tidak dalam
satu mata rantai dalam setiap cabang keilmuwan, melainkan
beberapa guru yang memiliki kemampuan dan pengetahuan agama yang
luas.
Tarikh akhir 1997 menjadi masa kelabu Nusa Tenggara Barat.
Betapa tidak, hari Selasa, 21 Oktober1997 M/20 Jumadil Akhir
1418 H, sang ulama karismatis, Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid, berpulang ke rahmatullah sekitar pukul 19.53 Wita
di kediaman beliau di desa Pancor, Lombok Timur. Tiga warisan
besar beliau tinggalkan: ribuan ulama, puluhan ribu santri, dan
sekitar seribu lebih kelembagaan Nahdlatul Wathan yang tersebar
di seluruh Indonesia dan manca negara.
4. Makam Raja Selaparang
Setiap lokasi wisata
religi biasanya punya mitos yang dipercaya oleh pengunjung.
Begitu juga yang terjadi di Makam Selaparang. Masyarakat
setempat percaya bahwa jika kita yang masih lajang berkunjung ke
sini niscaya kita akan cepat mendapatkan jodoh. Tertarik ingin
membuktikannya?
Keberadaan Makam Selaparang sangat lekat dengan keberadaan
Kerajaan Selaparang di abad 13 dan 16 lalu. Kerajaan Selaparang
pertama adalah kerajaan Hindu dan kekuasaannya berakhir dengan
kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357.
Kerajaan Selaparang kedua adalah kerajaan Islam. Dalam sejarah,
Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik armada
laut dan daratnya. Laskar lautnya bahkan pernah mengusir Belanda
yang hendak memasuki wilayah tersebut sekitar tahun 1667-1668
Masehi. Kerajaan Selaparang pernah dua kali terlibat dalam
pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel, yakni sekitar tahun
1616 dan 1624 Masehi.
|
|
Makam Selaparang |
Makam Selaparang berada di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat,
tepatnya di kecamatan Swela sekitar 65 km dari kota Mataram.
Jika Anda menyewa mobil, perjalanan akan memakan waktu sekitar 1
jam. Selama perjalanan, kita akan disuguhi banyak sekali
pemandangan indah termasuk pegunungan Rinjani yang memesona.
Untuk masuk ke lokasi makam, kita harus membayar tiket seharga
Rp. 5 ribu per orang. Kita juga harus mentaati segala peraturan
di lokasi ini, yakni dilarang memotret, harus mengenakan baju
yang sopan, melepas alas kaki dan bagi yang sedang menstruasi
tidak boleh masuk ke area makam. Komples Makam Selaparang ramai
dikunjungi peziarah pada waktu-waktu tertentu seperti menjelang
musim keberangkatan jamaan haji dan beberapa waktu khusus
lainnya. Tradisi ziarah ke Makam Selaparang masih lestari hingga
sekarang. Ada tiga makam yang banyak dikunjungi di kompleks
Makam Selaparang yakni makam Raja Selaparang, makam orang tua
Raja Selaparang dan makam panglima Gajah Mada. Di ketiga makam
ini, pengunjung sering menaburkan bunga dan membasuh muka dengan
air yang telah seediakan. Dengan membasuh muka ini diyakini bagi
yang masih lajang akan cepat mendapat jodoh. Jejak-jejak
keislaman di makam ini adalah di nisan salah satu makam
bertuliskan huruf Arab dan huruf yang merupakan peralihan huruf
Jawa kuno ke huruf Bali yang terdiri atas lima baris dan
terpahat dalam bentuk relief timbul yang berbunyi “La ilaha
ilallah, wa muhammadun radul, ulla, maesan, gegawean dan
parayuga”.
Pada mulanya makam ini dibangun ketika salah satu raja atau wali
Selaparang diburu oleh Belanda. Ketika itu raja tersebut
menerobos dinding masjid yang berada di samping makam dan
menghilang disana. Atas dasar itulah makam ini kemudian
dibangun. Di kompleks ini dulunya terdapat perpustakaan, namun
oleh Belanda buku-bukunya dimusnahkan. Di perpustakaan inilah
terdapat sejarah Kerajaan Selaparang saat itu.
Jika ingin mengetahui lebih banyak tentang sejarah Kerajaan
Selaparang, Anda bisa sekali ke Desa Ketangga yang masih berada
di Kecamatan Swela. Desa itu termasuk desa tertua dan menyimpan
benda-benda pusaka Kerajaan Selaparang. Desa ini menyimpan
misteri dan memiliki cagar budaya yang cukup banyak, seperti
masjid pusaka Selaparang, batu dari Irak (Baghdad) dan sabuk
yang bertuliskan sejarah manusia sejak lahir hingga masuk alam
akhirat. Tidak itu saja, pengunjung juga bisa menemukan Al Quran
bertulis tangan, perisai yang terbuat dari kulit, keris dan
masih banyak yang lain.
5. Makam Wali Nyatoq
Di Desa Rembitan,
Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, atau 49 km dari kota Mataram,
terdapat sebuah makam yang cukup istimewa. Makam Wali Nyatoq,
demikian namanya. Makam ini terletak tidak jauh dari masjid tua
Rembitan. Bagi masyarakat Lombok Tengah, Wali Nyatok telah
menjadi bagian penting dari kehidupan mereka karena berjasa
dalam penyebaran agama Islam di sana, sehingga makamnya memiliki
makna spiritual yang luar biasa.
Warga masyarakat
yang datang ke sana selain untuk nyekar, juga minta keselamatan
dan kesembuhan dari penyakit. "Jika kita ada niatan dan ikhlas,
pasti dikabulkan. Percaya atau tidak, banyak yang telah menjadi
kenyataan. Ini memang hal yang secara rasional sulit dipercaya.
Karena itu banyak warga yang mempercayainya berduyun-duyun
datang ke makam khususnya pada hari Rabu menjelang bulan
Maulid," (Yang Biasa Aku Liat)
Mereka yang berkunjung tidak hanya dari Lombok, melainkan juga
datang dari Jawa. Informasi itu sendiri di samping diperoleh dari
mulut ke mulut, juga atas petunjuk spiritual. Dalam kaitan
kunjungan pada hari Rabu, memang menjadi buah bibir masyarakat.
Namun konon, hari Rabu adalah hari baik di mana Wali Nyatoq
memberikan berkahnya secara utuh. Beberapa warga mengaku pernah
ada wangsit dari Wali Nyatoq yang menyebutkan bahwa dia ada pada
hari itu. Akhirnya, kebiasaan berkunjung pada hari Rabu terus
terpelihara.
|
|
Makam Wali Nyatoq |
Air makam Wali
Nyatok pun dikeramatkan, sehingga acapkali dipakai sebagai
sarana untuk mengungkap suatu kasus meresahkan yang terjadi di
desa itu. Misalnya saja jika ada warga yang kecurian, kemudian
ada seseorang yang dicurigai, orang itu langsung digelandang ke
makam Wali Nyatoq untuk disumpah. Di sana, di hadapan warga,
orang itu akan diminta meminum air tanah tersebut. Mereka yang
merasa mencuri, tidak akan bersedia meminumnya karena akan
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada dirinya.
Bisa dibilang, makam Wali Nyatoq sangat diistimewakan masyarakat
setempat. Seperti Yang Biasa Aku Liat makam tersebut identik
dengan keberadaan masjid tua Rembitan -- yang usianya diduga
mirip dengan masjid tua Bayan dan masjid tua Pujut. Fondasi
bangunan masjid dari tanah. Namun gambaran yang khas dari masjid
itu adalah tali-temalinya menggunakan bahan ijuk dan tali saot
-- sejenis akar gantung pada tumbuhan hutan. Sedangkan tali
pengikat atap alang-alang disebut male.
Abad Ke-16
Masjid tua Rembitan dengan bentuk atap tumpang dan tanpa serambi
itu diperkirakan dibangun pada abad ke-16. Babad Lombok
menyebutkan bahwa agama Islam masuk ke Lombok dibawa Sunan
Prapen, putra Sunan Giri dari Gresik. Dibangunnya Masjid
Rembitan itu sering dihubungkan dengan tokoh penyebar agama
Islam di daerah Rembitan Wali Nyatoq.
Wali Nyatoq merupakan penyebar Islam yang masuk ke kawasan
selatan Lombok Tengah di mana masyarakat semula merupakan
pemeluk animisme. Dalam menyebarkan Islam, Wali Nyatok pun
mengimplementasikannya dalam kegiatan sehari-hari lewat tingkah
laku yang baik.
Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, pada saat Wali Nyatoq
meninggal dunia, jenazahnya ditandu. Konon begitu akan
dikuburkan, jasadnya menghilang. Yang tinggal hanya kain kafan
dan keranda yang kemudian dimakamkan. Begitu kuatnya keterikatan
masyarakat dengan tokohnya itu membuat hubungan masyarakat
dengan makam tersebut tidak bisa dipisahkan. Karena itu, tidak
ada seorang pun yang berani menggugat keberadaan makam itu.
Seperti waktu Itu, Sepulang Aku Dari Sekolah, H. Subhakti, tewas
mengenaskan di tangan massa. Pasalnya, Subhakti diduga telah
merusak makam Wali Nyatoq karena berupaya melakukan
pembongkaran. Konon, Subhakti hanya ingin mengungkap tabir di
balik keajaiban yang sering terjadi pada makam tersebut. "Memang
sudah menjadi kepercayaan masyarakat, barangsiapa yang berani
mengusik makam keramat ini sudah jelas nyawa taruhannya. Apa pun
alasannya sulit diterima secara rasional,"( Seperti Itulah Kata
" Masyarakat Rembitan Pujut)
6. Makam Bintaro Ampenan
PENYEBARAN agama
Islam di NTB, khususnya Lombok telah dilakukan sejak dahulu.
Tetapi, dalam implementasinya ajarannya masih belum sempurna,
karena masih tercampur dengan tradisi yang ada.
Makam Bintaro yang berada di Jalan Saleh Sungkar,
Bintaro, Ampenan, Mataram, merupakan makam para Habib yang
datang untuk menyempurnakan ajaran Islam di Lombok. Dari papan
informasi yang dipasang Pemkot Mataram, jika Makam Bintaro
merupakan makam dari Habib Husen Bin Umar Mashur, Syarifah Zahra
Al Habsy, dan Syech Abdullah Al Badawi yang meninggal tahun
1880. Ketiganya merupakan para habib yang berasal dari Yaman
Selatan yang datang tahun 1865 dan menetap di lingkungan Telaga
Mas Kampung Arab Ampenan.
Nurrahman, penjaga Makam Bintaro, menuturkan jika Habib Husen
Bin Umar Mashur dan Syarifah Zahra Al Habsy merupakan pasangan
suami istri. “Jadi makamnya berderet begitu, sedangkan makam
Syech Abdullah Al Badawi sendiri dia,” terangnya saat ditemui
Ekbis NTB,
|
|
Makam Bintaro
Ampenan |
Makam para habib ini berada di sebuah bangunan di mana makam
ketiganya dibuat paling besar dan diberi kain penutup. Juga
terdapat belasan makam lainnya di dalam makam tersebut. “Kalau
yang itu makamnya tidak ada namanya,” jelas Nurrahman.
Selain makam para Habib, di Makam Bintaro juga terdapat makam
Saleh Sungkar yang berada di selatan bangunan makam Habib.
Makamnya diberi penutup kain putih dan dibuat agak tinggi
dibanding makam sebelahnya.
Nurrahman menjelaskan Saleh Sungkar dulunya merupakan Datu
Ampenan yang terkenal dengan kepintarannya. “Tetapi ada temannya
yang iri sama dia, jadi Saleh Sungkar dibunuh sama temannya itu.
Tidak salah dia dibunuh di sekitaran Narmada dulu,” katanya.
Makam Saleh Sungkar bertahun tahun 1952. “Di sebelah kirinya ini
makam istrinya Saleh Sungkar. Kalau keturunannya di luar Lombok
saja tempatnya,” terangnya.
Makam Bintaro ini, kata Nurrahman, bisa dikunjungi setiap
harinya. “Tetapi paling ramai setiap hari minggu. Pengunjungnya
datang dari seluruh Lombok,” katanya. Makam ini juga biasanya
dikunjungi oleh calon jamaah haji yang sebelum berangkat akan
berziarah ke makam ini. Fasilitas makam Bintaro ini sendiri
cukup bagus, karena tersedia tempat parkir yang luas dan
posisinya yang berada di samping jalan utama Senggigi memberikan
kemudahan akses bagi pengunjung. Di sini juga tersedia lapak
pedagang yang sudah disediakan oleh Pemkot Mataram, sehingga
pengunjung bisa membeli kebutuhannya.
7. Makam Wali Ketaq
Makam ketaq
adalah pemakaman Tuan Guru Lalu Moh Soleh yang dijuluki Datuk
Lopan yang dulunya memiliki pengaruh besar terhadap sejarah
masyarakat Lombok. Konon memiliki sejarah panjang perjuangan
para wali dalam memperjuangkan ajaran islam yang ada di pulau
Lombok. Beliau meninggal dunia Tahun 1361 H ( 1942 M ) dalam
usia 132 Tahun. Dan dimakamkan di pemakaman ketaq. Makak ketaq
terletak di Dusun Lopan, Desa Monggas, Kecamatan Kopang,
Kabupaten Lombok Tengah, NTB.
Makam ketak menjadi salah satu wisata religi di Kab. Lombok
Tengah. Dari dulu sampai sekarang, makam ketaq tetap ramai
pengunjung. Berziarah ke makam merupakan salah satu hal yang
sudah ada sejak dulu sampai sekarang. Berziarah ke makam ketaq
membuat kita tetap mengingat mati dan memngingat atau mengenang
orang- orang yang yang dulunya berpengaruh dalam sejarah
perkembangan islam di tempat kita.
|
|
Makam Ketak |
Makam ketaq ramai dikunjungi oleh masyarakat khususnya
masyarakat lombok tengah untuk berziarah. Jelang lebaran, makam
ketak ramai dikunjungi oleh masyarakat untuk rekreasi atau
berwisata. Selain rekreasi dan berwisata, pengunjung datanng
berziarah ke makam ketaq untuk berdo’a. Masyarakat yang datang
untuk berdo’a, melakukan do’a bersama dengan keluarga di dalam
kuburan Tuan Guru atau Datoq Lopan. Mereka percaya bahwa, dengan
memanjatkan do’a di makam orang sholeh , maka do’a mereka akan
cepat dikabulkan dan tuan guru atau datoq lopan yang sudah
meninggal akan ikut mendo’akannya.
Setelah berdo’a, mereka mencuci muka dengan air yang dicampur
dengan kembang atau biasa disebut oleh orang lombok tengah
dengan sebutan Rampe sebagai pelengkap. Pengunjung yang datang
ziarah ke makam ketaq dari berbagi daerah. Masing- masing
memiliki cara dan kepercaaan yang berbeda, tapi dengan tujuan
yang sama.
-o0o-
|
|